11 Oktober 2019

Mengatakan TIDAK Terhadap Perkawinan Anak di Indonesia: Kisah Fatma

Pada suatu sore, Fatma*, 16 tahun, pulang sekolah mengendarai motor. Jalan utama di desa kecil di Bone itu bergelombang di sana-sini, namun Fatma telah terbiasa menyusurinya. Seragam putih-birunya berkibar ditiup angin. Hatinya sejuk dan lapang. Sesampainya di depan rumah, ia berhenti, memarkirkan motor, kemudian melangkah ke dalam. Dalam benaknya..., Bone: wilayah dengan tingkat perkawinan dini tertinggi di Indonesia, Di Bone, kabupaten kedua terbesar di Sulawesi Selatan, frekuensi perkawinan anak lebih tinggi dibandingkan wilayah-wilayah lain di Indonesia. Tradisi yang telah mengakar-urat dan hubungan silatuhrami di kalangan orang tua banyak menyumbang terhadap angka ini. “Adanya tekanan dari pihak orang tua sudah pasti,” jelas Aminuddin, guru honorer..., ‘Negosiasi’ dengan orang tua, Sikap Fatma mengejutkan Sahari, tapi belakangan ia melunak. “Kami bersyukur ada yang melamar Fatma,” katanya. “Tapi yang akan menjalani pernikahan ini adalah Fatma. Dan dia tidak mau menikah. Jadi, kami menolak lamaran.” Meskipun gembira bukan main, Fatma menyadari, banyak temannya tak seberuntung dirinya. Pada saat itu ia yakin bahwa orang tuanya..., Tantangan yang dihadapi dalam perkawinan dini, Jika sebelumnya usia minimum perempuan untuk dapat dinikahkan dengan izin orangtua adalah 16 tahun, UU Perkawinan Indonesia yang diamandemen pada September 2019 menaikkannya menjadi 19 tahun—setara dengan usia laki-laki. UNICEF menyambut baik perkembangan itu. Namun, pada praktiknya, orang tua masih bisa meminta dispensasi kepada pengadilan dan..., Memberdayakan remaja perempuan, Keberanian Fatma mengambil alih masa depannya merupakan contoh bagaimana perempuan bisa ‘memilih untuk melawan.’ Tapi banyak anak perempuan dalam situasi serupa tak mampu membebaskan diri dari perkawinan dini, entah karena tak ingin menyinggung perasaan orang tua, atau tak fasih menyuarakan pendapat mereka. “Biasanya, anak diam saja dan orangtua..., Bagaimana memperbaiki keadaan ini?, Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH), sebuah prakarsa nasional yang didukung UNICEF hendak mengubah keadaan ini. PKH merupakan bagian dari BERANI, program kerja sama UNICEF dengan UNFPA, Pemerintah Kanada dan Badan Perencanaan Nasional (Bappenas). Dimulai bulan Mei 2019 sampai akhir 2020, tujuan BERANI adalah memberi pencerahan bagi remaja perempuan..., Tantangan terhadap pelatihan PKH, Saat ini, sekolah-sekolah yang memberlakukan pelatihan PKH butuh menambah kapasitas, memperkaya konten dan memperluas jaringan. Data termutakhir menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 telah memperlambat—bahkan menghentikan untuk sementara—pelatihan PKH di Bone karena pemberlakuan jarak sosial. Dan ini berbahaya terutama di lokasi-lokasi di mana desa..., Ingin membantu Fatma dan anak-anak perempuan seusianya mengatakan TIDAK pada perkawinan dini?, Berkat sumbangan dari para dermawan di Indonesia, serta kerja sama dengan para guru, orang tua dan pihak-pihak lain yang peduli tentang masa depan Indonesia, UNICEF telah berhasil membantu Fatma dan anak-anak seusianya menolak perkawinan dini melalui program BERANI dan lainnya. Namun jalan menuju kesetaraan masih panjang dan berbelit. Masih banyak...