Perempuan di Garis Depan Perlawanan terhadap Polio di Jawa Tengah
Bersatu dalam tekad untuk melindungi sebanyak mungkin anak
- Tersedia dalam:
- English
- Bahasa Indonesia
Di kota Semarang dan Pekalongan yang ramai di Jawa Tengah, perempuan dari berbagai lapisan masyarakat berjuang melawan musuh yang pernah terlupakan: polio. Mereka bersatu dalam tekad untuk melindungi sebanyak mungkin anak dari penyakit yang melumpuhkan ini.
Setelah otoritas kesehatan Jawa Tengah mendeteksi adanya kasus polio yang terkonfirmasi pada akhir Desember 2023, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan tiga pemerintah provinsi dan 74 pemerintah kabupaten, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan UNICEF untuk melakukan kampanye imunisasi besar-besaran. Putaran pertama dimulai pertengahan Januari 2023 dan putaran kedua pada 19 Februari.
Pada kegiatan imunisasi putaran kedua di SDN Siwalan Kota Semarang, Celi Inawati melawan panas terik untuk membimbing para orang tua yang berkumpul di halaman sekolah yang ramai. Selama tiga tahun terakhir, Celi telah mengabdikan dirinya untuk mengoordinasikan acara imunisasi di sekolahnya, kecintaannya terhadap kesejahteraan anak-anak melampaui perannya sebagai guru pendidikan jasmani.
Tahun ini, ketika Celi mendengar tentang munculnya penyakit polio di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ia langsung bertindak dan bekerja sama dengan petugas Puskesmas untuk menyusun daftar siswa yang akan diimunisasi. Dia mengumpulkan rekan-rekan guru dan menyebarkan kesadaran di kalangan siswa dan orang tua tentang pentingnya ancaman polio dan pentingnya imunisasi.
“Imunisasi penting untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang mengancam jiwa seperti polio, dan karena ini adalah respons terhadap wabah ini, kami harus memastikan bahwa semua siswa kami terlindungi. “Saya senang kami berhasil mengimunisasi 100 siswa dari kelas satu dan dua pada putaran kedua ini,” kata Celi.
Di dalam salah satu ruang kelas, Sansa, seorang anak berusia tujuh tahun yang ceria, baru saja menerima vaksin polio putaran kedua. “Vaksin polio rasanya seperti madu, manis!” dia mengklaim. Sansa mengetahui penyakit itu dari gurunya.
“Polio bisa membuat kaki kamu lumpuh dan kamu tidak bisa berjalan, jadi penting untuk mendapatkan imunisasi."
Ana Santoso, warga sekitar Ungaran Semarang, rajin mengawasi jalannya imunisasi di pusat pelayanan kesehatan terpadu (posyandu). Sebagai kader kesehatan yang berdedikasi selama enam tahun, Ana didorong oleh komitmen yang mengakar terhadap kesejahteraan masyarakat.
Ia tersenyum hangat saat sepasang lansia datang bersama cucunya ke posyandu. Sebelum program imunisasi dimulai, Ana meluangkan waktu untuk menyampaikan kekhawatirannya mengenai potensi dampak buruk dari imunisasi.
“Terkadang orang tua takut untuk mengimunisasi anaknya karena adanya hoaks mengenai dampak buruk vaksin,” katanya. “Saya berbagi informasi yang kredibel dan mengklarifikasi kesalahpahaman dan mitos tentang vaksin melalui Grup WhatsApp komunitas kami.”
Wahyu Trianingrum atau Aning begitu teman dan keluarganya memanggilnya, seorang perancang busana dan influencer media sosial populer, termasuk di antara kerumunan di Posyandu. Ia melakukan perjalanan dari Kota Solo untuk memastikan kedua anaknya mendapatkan imunisasi.
“Sejak menjadi seorang ibu, saya sangat sadar akan masalah kesehatan,” kata Aning. “Setelah saya mendengar kasus pertama polio, saya proaktif mencari informasi mengenai respon pemerintah. Saya sangat ingin membantu semampu saya.”
Dengan menggunakan platform digitalnya, Aning mendorong orang tua lain untuk mengimunisasi anak-anak mereka dan memobilisasi influencer lokal lainnya yang tertarik pada kesehatan, nutrisi, dan pengasuhan anak untuk meningkatkan kesadaran di platform mereka sendiri tentang wabah polio dan di mana mendapatkan imunisasi.
Di pinggiran Pekalongan, sekitar dua setengah jam dari Semarang, di tengah keindahan pedesaan yang tenang, Mazidah mengelola industri batik rumahan. Mazidah yang sebagian besar pegawainya adalah perempuan, memahami tantangan yang dihadapi para ibu bekerja dan mendorong seluruh stafnya untuk melindungi anak-anak mereka dari polio. “Saya mengatakan kepada mereka bahwa polio dapat membuat anak-anak mereka lumpuh, jadi penting untuk memberikan vaksinasi kepada anak-anak mereka” katanya.
Dedikasi Mazidah terhadap imunisasi sangat berarti bagi Faiza Munabari, seorang dokter terlatih yang mengadvokasi kepentingan kelompok usaha melalui KADIN Jawa Tengah (Kamar Dagang Jawa Tengah). Mandat intinya adalah memastikan kesehatan menjadi prioritas di sektor swasta.
“Kadin menghimbau kepada seluruh pemilik usaha untuk mengizinkan karyawannya membawa anaknya ke pos imunisasi sebelum masuk kerja. “KADIN Jawa Tengah bertekad menghentikan wabah polio ini,” ujar Faiza.
UNICEF Indonesia berterima kasih atas dukungan yang diterima dari individu dan donor lain termasuk Pemerintah Australia.